Minggu, 28 Oktober 2012

Artikel Islam

KEMUSYRIKAN DALAM ISLAM

Share on :
digg
Tuhid Ilahi merupakan perhatian utama dakwah Rasulullah saw. Sebaliknya syirik atau kemusyrikan adalah hal utama yang diperangi oleh Rasulullah saw. Tauhid dan Syirik (kemusyrikan) adalah dua hal yang tidak dapat bersatu itulah pesan yang harus kita camkan sebagai pengikut Rasulullah saw. Bagaimana kenyataannya sekarang? ada baiknya kita merenungkan tulisan berikut:

Tauhid, syirik/kemusyrikan

Titik pusat agama, tempat segala masalah berputar di sekitarnya, atau akar pohon Islam yang baginya semua akidah dan amal perbuatan lainnya merupakan dahan-dahannya, adalah Iman kepada Allah. Semua akidah adalah untuk mendukungnya, dan semua amal perbuatan adalah untuk menguatkannya. Di antara rukun-rukun keimanan kepada Allah, yang terbesamya  adalah iman kepada Tauhid.  Rasulullah saw semenjak beliau mendakwahkan risalat hingga akhir hayat beliau, terus menerus mengumandangkan ajaran laa ilaaha Illallah yakni, tiada yang layak disembah kecuali Allah. Beliau menanggung segala macam penderitaan, namun beliau tidak henti-hentinya mengemukakan ajaran ini. Sehingga, pada saat beliau meninggal dunia pun, andaikata âda sesuatu yang dipikirkan oleh beliau, sesuatu itu tak lain melainkan kekhawatiran menghilangnya dari dunia ini ajaran yang telah ditegakkan oleh beliau dengan memberikan banyak pengorbanan.

Hati seorang muslim akan meleleh dan jantungnya akan remuk redam apabila ia membaca di dalam buku-buku hadis dan sejarah, betapa keadaan Rasulullah saw. tatkala beliau menanggung derita sakit yang mengantar beliau ke gerbang maut, yang karena kehebatan penderitaan itu jisim beliau mengeluarkan air keringat dan penyakit beliau kian  mempengaruhi  saraf-saraf beliau yang sehalus-halusnya, dan kegelisahan serta keresahan beliau kian memuncak ketika beliau memikirkan dengan rasa khawatir bahwa jangan-jangan orang-orang sepeninggal beliau akan melalaikan ajaran ini dan orang-orang akan dihinggapi lagi kemusyrikan. Dan, pada saat ketika beliau berada dalam keadaan menderita pun, beliau melupakan diri pribadi beliau sendiri dan dari kekhawatiran memikirkan nasib umat, beliau membolak-balikkan badan beliau dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan seraya berucap,
"Allah melaknat umat Yahudi dan umat Krtsten, karena mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka mesjid-mesjid. " (Bukhari, Bab Mardhun-Nabi)
yang dengan itu dimaksudkan oleh beliau sebagai peringatan untuk berwaspada agar sepeninggal beliau jangan sampai orang-orang mukmin menyembah beliau juga, karena perbuatan itu bertentangan dengan ajaran yang senantiasa diajarkan beliau sepanjang hidup beliau, dan jangan melupakan ajaran Tauhid llahi.

Kegelisahan beliau waktu sakit menjelang wafat dan kecintaan beliau terhadap Tauhid llahi merupakan suatu peristiwa yang amat mengharukan,  sehingga setiap orang yang mencintai beliau, karena terbawa oleh pengaruh peristiwa yang memilukan itu, tidak akan sekali-kali menghampiri kemusyrikan.

Namun demikian, kita menyaksikan bahwa di antara orang orang yang menyebut diri mereka orang-orang Islam, kebanyakan dari mereka dengan terang-terangan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam ini. Siapakah di antara orang-orang Islam yang hidup seribu tiga ratus tahun yang lalu menyangka bahwa pada suatu ketika kelak orang-orang yang memikul panji laa ilaaha illallah akan bersujud kepada kuburan-kuburan? Siapakah menyangka bahwa mereka akan bersembahyang dengan menghadapkan muka ke arah tempat-tempat orang-orang suci mereka dan mereka mempercayai manusia-manusia yang mengetahui gaib? Siapakah menyangka bahwa mereka akan menganggap para wali memiliki kekuasaan Allah dan memohon kepada orang-orang mati supaya maksud-maksud mereka terkabul? Siapakah menyangka bahwa mereka akan mempersembahkan sesajen-sesajen di atas kuburan-kuburan? Adapun tentang orang-orang keramat, mereka berkeyakinan bahwa apa pun yang diinginkan orang orang keramat itu akan dikabulkan oleh Allah Taala dan menyangka bahwa wujud mereka itu hadir di mana-mana. Mereka memberikan korbanan yang dialamatkan kepada orang-orang lain selain Allah. Kemudian, paling celaka lagi, mereka mengatakan bahwa semua ajaran itu merupakan ajaran  Alquran  Suci dan ajaran junjungan kita Rasulullah saw. Akan tetapi, dari timur sampai barat dan dari utara sampai selatan, di tempat-tempat orang-orang Islam tinggal, semua hal yang disebutkan di atas tengah dilakukan; dan sebagian besar orang-orang Islam melakukan paling tidak satu di antara hal-hal tersebut di atas.

Melihat kesedihan dan kepiluan hati Rasulullah saw., Allah Taala telah menyelamatkan makam keramat beliau dari bid'ah-bid'ah itu. Akan tetapi di makam-makam para wali Islam lainnya dewasa ini, upacara-upacara berbau kemusyrikan berlangsung tak kurang ramainya daripada di kuil-kuil orang-orang Hindu. Andaikata Rasulullah saw. datang pada masa ini dan menyaksikan apa yang sedang berlangsung, niscaya beliau tidak akan menyangka bahwa orang-orang ini umat Islam, bahkan beliau akan menyangka mereka itu pengikut-pengikut suatu agama musyrik lain.

Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa semua khayalan itu digandrungi oleh orang-orang bodoh dan para ulama memandang jijik semua khayalan itu. Akan tetapi, sesungguhnya keadaan suatu bangsa dinilai dari bagian terbesar bilangan perorangan bangsa itu. Apabila kebanyakan orang-orang Islam adalah penganut khayalan-khayalan itu, maka kita harus mengambil ketetapan bahwa keadaan orang-orang Islam, ditilik dari segi ketauhidan, telah jatuh. Mereka telah melupakan sendi kalimah  laa ilaaha illallah, jiwa Islam.

Akan tetapi ini pun tidak benar kalau dikatakan bahwa orang-orang awam saja yang mempercayai akidah-akidah itu. Mereka yang dikeramatkan oleh orang-orang kebanyakan dan para kyai pun menyetujui  khayalan-khayalan  orang-orang  kebanyakan  itu.  Dan apabila sebagian dari antara mereka tidak menyetujui dengan sepenuh hati,  maka paling  kurang keadaan mereka pun demikian rusaknya, sehingga mereka tidak dapat secara terbuka melawan khayalan-khayalan orang-orang kebanyakan. Hal demikian itu pun merupakan suatu gejala bahwa keimanan telah rusak.

Sebagian dari aliran-aliran Islam menyatakan bahwa mereka sama sekali jauh dari kemusyrikan dan mereka marah terhadap orang-orang lain yang karena praktek-praktek kemusyrikan mereka itu — telah merugikan Islam. Akan tetapi ajaibnya ialah mereka sendiri pun menjadi mangsa musibah kemusyrikan. Yang memperbedakan dari orang lain hanya kenyataan bahwa mereka ini tidak menyekutukan tiap orang dengan Allah hanya saja menganggap orang-orang Islam selebihnya, meyakini bahwa Nabi Isa as. masih hidup di langit. Mereka ini berpendapat bahwa junjungan kita Rasulullah saw., Nabi yang termulia dari antara sekalian nabi, terkubur di dalam tanah, sedangkan Nabi Isa a.s. (Almasih) masih hidup di langit semenjak dua ribu tahun yang lalu —naudzubîllah min dzalik Allah tidak mendatangkan maut kepada beliau. Mereka membaca dengan jelas di dalam Alquran bahwa orang orang suci  yang diseru oleh manusia, selain Allah  semuanya telah mati, tidak hidup; dan mereka tidak mengetahui kapan beliau-beliau akan dibangkitkan. Allah Taala berfirman,

أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ


"Mereka itu mati, tak hidup. Dan mereka tidak mengetahui kapan akan dibangkitkan." (16:21)

Kemudian mereka menyaksikan, orang-orang Kristen telah menjadikan Nabi Isa a.s. sebagai obyek sembahan selain Allah. Kendati demikian mereka tidak melepaskan kepercayaan tentang hidupnya Almasih as., lagi tidak malu-malu mengatakan akan hal diri mereka sendiri sebagai orang-orang bertauhid. Demikian pula, benar orang-orang ini dengan lantang menentang kemusyrikan, namun daripada itu mereka meyakini bahwa NAbi Isa Almasih as. pernah menghidupkan orang-orang mati. Padahal, Allah Taala berfirman bahwa Dia pun tidak menghidupkan kernbali orang mati di dunia ini, sebagaimana Dia berfirman,

وَحَرَامٌ عَلَىٰ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

 "Dan sungguh tidak mungkin atas penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwasannya mereka tidak akan kembali." (21 : 95).

Yakni, Dia telah memutuskan bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia tidak akan kembali lagi ke dunia

Demikian pula Dia berfirman,

وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"Dan di belakang mereka ada dinding penghalang hingga hari tatkala mereka akan dibangkitkan lagi " (Al-mu'minuun [23] : 100).

Di dalam hadits Rasulullah saw kita dapati bahwa tatkala ayah Jabir ra., yakni Abdullah ra sudah syahid, Allah Taala berfirman kepada Abdullah bahwa beliau boleh meminta apa yang beliau menghendaki. Atas firman itu beliau mengatakan bahwa beliau hanya ingin dihidupkan kernbali untuk turut bersama-sama Rasulullah saw. berjihad dan sekali lagi mati syahid pada jalan Allah lalu dihidupkan kernbali dan sekali lagi mati syahid. Atas ujar itu Allah Taala berfirman bahwa, seandainya Dia tidak bersumpah atas nama Zat-Nya, niscaya Dia akan menghidupkan kembali beliau. Jadi, karena Dia telah berjanji bahwa Dia tidak akan berbuat serupa itu, maka Dia tidak akan melakukannya (Tirmidhi, Kitabut Tafsir, Surah Ali lmran, lbnu Majah, dan Misykat).

Tidak terpikir oleh orang-orang itu, betapa sesuatu yang tidak dilakukan oleh Allah Taala sendiri di dunia ini dan sesuatu yang merupakan salah satu di antara Sifat-sifat khas-Nya, pernah dikerjakan oleh nabi Isa as, mereka telah terkelabui oleh perkataan di dalam Alquran yang berbunyi “uhyil mautaa”-"Aku (Nabi Isa as.) menghidupkan orang yang telah mati" (3 : 50). Akan tetapi tatkala perkataan yang sama dipergunakan bagi Rasulullah saw. dalam Alquran yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, terimalah seruan Allah dan Rasul- Nya apabila ia memanggil kamu kepada apa yang menghidupkan karnu. " (Al-'Anfal [8] : 24),

maka perkataan itu, yakni perkataan menghidupkan, diartikan oleh mereka itu berkaitan dengan kehidupan rohani. Kalau kata ahya berarti juga memberi kehidupan rohani, dan jika tiada wujud dapat menghidupkan orang mati selain Allah Taala, dan bila Allah Taala pun tidak menghidupkan kembali di dunia ini orang orang yang sudah mati, maka mengapa pula mereka tidak mengartikan kata ahya sesuai dengan Kalam llahi, sehingga tidak menimbulkan syirik?

Demikian pula orang-orang yang mengaku bertauhid ini meyakini bahwa Nabi Isa a.s. dahulu pernah menciptakan burung-burung. Padahal mereka membaca di dalam Alquran  bahwa selain Allah tiada seorangpun dapat menciptakan sesuatu pun. Allah Taala berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ

Dan orang-orang yang menyeru selain Allah swt., mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan. (An-Nahl [16] : 20)


Kemudian Dia berfirman:

ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

 ''Atau, apakah mereka itu menjadikan bagi Allah sekutu yang telah menciptakan seperti ciptoanNya, sehingga kedua jenis ciptaan itu nampak serupa soja bagi mereka? Katakanïah, 'Hanya Allahlah Yang telah menciptakan segala sesuatu dan Dialah Yang Maha esa, Mahaperkasa. (Ar-Ra'd [13]:16).

Demikian pula Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَ

Sesungguhnya, mereka yang karnu sembah selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka itu bergabung untük maksud itu. (Al-Haj [22]:74),

sedangkan Nabi isa as. sendiri termasuk di antara mereka yang diseru selain Allah. Pendek kata, kendatipun ada di dalam  Alquran  tercantum dengan jelas bahwa tiada seorang pun dapat mencipta sesuatu, selain Allah, dan kalau pun ada seseorang yang berbuat serupa itu toh Dia lah satu-satunya Wujud sembahan, mereka mengartikan ayat —

أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ ال

 "Aku (Nabi Isa as.) akan membuat untuk kemanfaatanmu dari pribadi-pribadi yang mengandung sifat seperti tanah, sesuatu makhluk dengan cara yang serupa burung mengeram. "Peny. (Ali- Imran [3] : 50),

bertentangan dengan ajaran  Alquran   yang muhkam (tegas). Lagi mereka tidak berpikir bahwa sebuah perkataan dapat dipergunakan dalam berbagai makna. Jadi, hendaknya mengartikan perkataan itu sesuai dengan bunyi ayat-ayat   Alquran   Suci lainnya dan selaras dengan kemuliaan seorang hamba Allah. Hendaknya jangan bertentangan dengan hal-hal yang muhkam (tegas) dan menyalahi kemuliaan Allah Taala. Pula hendaknya, sementara menyatakan diri bertauhid, jangan terjerumus ke dalam lembah kemusyrikan.

Kepercayaan-kepercayaan berbahaya itulah yang terdapat dewasa ini di kalangan orang-orang Islam — baik dari kaum alim ulama maupun dari orang-orang bodoh, baik dari mereka yang taklid maupun dari mereka yang tidak takiid, baik dari golongan Ahli Sunah maupun dari golongan Syiah. Dan, karena kehadiran kepercayaan-kepercayaan itu, tiada seorang pun dapat mengatakan bahwa orang-orang Islam berpijak pada asas laa ilaaha illallah Tidak syak lagi bahwa dewasa ini pun kalimah  laa ilaaha illallah  diucapkan oieh orang-orang Islam. Akan tetapi, dikarenakan oleh kepercayaan-kepercayaan tersebut di atas, mereka telah begitu menjauhnya dari mafhumnya tak ubah halnya seperti bangsa-bangsa musyrik lainnya.

Ajaran yang diberikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berkenaan dengan segala kegelapan itu merupakan ajaran yang demikian saratnya dengan ketauhidan dan padat dengan upaya menegakkan kegagahan Allah taala sehingga hati manusia - dengan menerimanya - akan dipenuhi dengan kecintaan kepada kepada Allah taala, dan manusia akan benar-benar terpelihara dari api kemusyrikan. la akan mencapai derajat ketauhidan itu seperti dahulu pernah dicapai oleh para sahabat di zaman Rasulullah saw. Beliau berupaya membuktikan kesalahan semua kepercayaan tersebut di atas berlandaskan pada dalil-dalil dan menerangkan bahwa Allah itu Esa adanya. Semua perbuatan itu—seperti memohon kepada seseorang yang sudah mati dan bukan kepada Allah agar segala keinginannya terkabul, atau mempersembahkan sesajen di atas kuburan, atau bersujud kepada seseorang yang masih hidup atau yang sudah mati, atau menganggap seseorang memiliki kekuasaan seperti Tuhan, atau menganggap nabi ataupun bukan nabi mengetahui gaib, atau menyembelih hewan atau memberikan sesuatu sebagai sedekah dengan mengalamatkannya kepada seseorang selain Tuhan guna memperoleh keridhaannya, atau meyakini seseorang bahwa apa pun yang diinginkannya Allah selalu memperkenankan-semua itu adalah perbuatan syirik. Hendaknya orang mukmin menjauhi hal itu.

Demikian pula beliau membuktikan bahwa Nabi Isa Almasih as. telah wafat, seperti para nabi lainnya, dan telah dikebumikan. Beliau pernah menghidupkan orang-orang yang mati rohani. Seperti halnya manusia lainnya dapat mencipta sesuatu, demikian pula beliau dahulu mencipta. Beliau tidak memiliki kemampuan memberi nyawa kepada sesuatu yang tak bernyawa atau menghidupkan orang mati, baik tanpa maupun dengan seizin Allah. Sebab, tidak lazim pada Allah Taala melimpahkan Sifat-sifat  khususNya  kepada seorang hamba pun.  KalamNya jelas-jelas membantah adanya Sifat-sifat semacam itu pada wujud Nabi Isa as atau pun pada seseorang yang lain. Selama orang-orang menganut kemusyrikan, selama itu mereka akan membuat-buat ide bahwa Allah Taala telah melimpahkan kekuatan-kekuatanNya kepada si Fulan. Seorang pun tidak adà yang mengatakan bahwa apa yang dijadikan sembahannya itu telah bebas dari kekuasaan Allah Taala dan ia berkuasa sendiri di muka bumi. Beliau menghalau kegelapan syirik dengan suatu ajaran yang sesuai atau mengembalikannya kembali Alquran dan sesuai dengan akal. Beliaupun menunjukkan pula kepada orang-orang Islam jalan lurus yang telah semenjak lama ditinggalkan oleh mereka. Dengan demikian beliau telah melaksanakan tugas yang telah ditetapkan untuk diemban oleh Almasih yang akan datang kedua kalinya.

 (Da'watul Amir” karangan Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj, Sayyid Syah Muhamamd al-Jaelani dan R. Ahmad Anwar, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (Bandung: Guna Bakti Grafika, 1989), cet ke-1, hal. 175-18



Bulan Ramadhan tidak sebatas sebagai bulan suci bagi umat Muslim. Dalam sejarah Islam, sejumlah peristiwa besar yang sangat menentukan dan bermakna bagi umat Muslim terjadi di bulan ini. Sedikitnya, ada 11 peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam, baik klasik ataupun modern. Apa sajakah peristiwa-peristiwa tersebut?

Berikut 11 Peristiwa Bersejarah Islam di Bulan Ramadhan.

1. Pembebasan Makkah (Fathul Makkah)

Apa itu Fathul Makkah? Peristiwa Fathul Makkah adalah sebuah peristiwa di mana akhirnya Nabi Muhammad dan para sahabat berhasil menguasai Makkah dan menghancurkan berhala-berhala di sekitarnya. Sehingga Ka'bah kembali suci. Peristiwa ini bermula dari perjanjian Hudaibiyah tahun 628 M. Ini adalah perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Quraisy. Perjanjian ini terjadi ketika satu rombongan yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad hendak melaksanakan haji di Baitullah. Namun, pihak Quraisy melihatnya sebagai sebuah ancaman. Jika orang-orang dari Madinah, yang notabene adalah rival dari kafir Quraisy datang ke Makkah, maka apa tanggapan orang-orang nanti? Untuk itulah, pemuka-pemuka Quraisy dengan segala daya upaya menyusun sebuah strategi, yaitu mengikat kaum muslimin dalam suatu perjanjian agar tidak dapat leluasa mengunjungi Makkah. Dan terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Ketakutan kaum kafir Quraisy ini wajar muncul, sebab setelah Nabi saw dan beberapa ratus sahabat hijrah dari Makkah menuju Yatsrib (Madinah), antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy hampir selalu terjadi peperangan yang tak terelakkan. Dalam pengepungan selama 20 hari oleh 10 ribu pasukan Quraisy terhadap Madinah pada tahun 627 M, Nabi Muhammad saw dan 3.000 umat Islam berhasil mempertahankan Madinah.

Isi perjanjian Hudaibiyah antara lain:
  • Pertama, gencatan senjata selama sepuluh tahun
  • Kedua, orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di sana selama tiga hari saja dengan hanya membawa sebilah senjata.
  • Ketiga, bekerja sama dalam perkara yang membawa kepada kebaikan.
  • Keempat, orang Quraisy yang lari ke pihak Islam harus dikembalikan ke Makkah.
  • Kelima, orang Islam yang lari ke Makkah tidak dikembalikan ke Madinah,
  • keenam, kedua belah pihak boleh membangun kerja sama dengan kabilah lain tapi tidak boleh membantu dalam hal peperangan.

Akhirnya pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah, dan kemudian menguasai Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikit pun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah.

2. Bulan Diturunkan Alquran

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Alquran: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)..." (QS Al Baqarah: 185)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Allah SWT memuji Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-quran yang agung". Sebagaimana Allah mengkhususkan Ramadan sebagai bulan diturunkannya Alquran, sesungguhnya telah disebutkan oleh hadits bahwa pada bulan Ramadhan pula kitab Allah lainnya diturunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw.

Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya meriwayatkan: "Lembaran-lembaran (shuhuf) Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadan dan kitab Taurat diturunkan pada tanggal enam Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadan, sedang Alquran diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad dalam Musnad, dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 1575)

3. Peristiwa Perang Badar

Pada hari Jumat 2 Ramadhan tahun ke-2 H terjadi perang pertama dalam Islam yang dikenal Perang Badar. Badar adalah nama tempat di sebuah lembah yang terletak di antara Madinah dan Makkah. Tentara Islam mengontrol lokasi strategis dengan menguasai sumber air yang ada di daerah tersebut.

Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin Makkah yang lengkap bersenjata. Dalam perang ini, tentara Islam memenangkan pertempuran dengan 70 tentara musyrikin terbunuh, 70 lagi ditawan. Sisanya melarikan diri.

Perang ini adalah suatu yang luar biasa ketika tentara Islam yang kurang jumlah, lemah dari sudut kelengkapan dan berpuasa dalam bulan Ramadan memenangkan pertempuran Perang Badar. Ini membuktikan puasa bukan penyebab umat Islam bersikap lemah dan malas sebaliknya berusaha demi mencapai keridhaan Allah. Orang yang berjuang demi mencapai keridhaan Allah pasti mencapai kemenangan yang dijanjikan.

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya" (QS Al-Imran:123)

4. Islam Masuk ke Yaman

Yaman terletak di selatan semenanjung tanah Arab. Nabi Muhammad mengutus Ali bin Abi Thalib dengan membawa surat beliau untuk penduduk Yaman khususnya suku Hamdan. Dalam periode satu hari, semua mereka memeluk agama Islam secara aman. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun ke-10 hijrah.

5. Khalid bin Walid Meruntuhkan Berhala Al ‘uzza

Setelah umat Islam membebaskan kota Makkah, Nabi Muhammad saw menyucikannya dengan memusnahkan 360 patung di sekeliling Ka'bah. Lima hari sebelum berakhirnya Ramadhan tahun ke-9 H, Rasulullah mengirim Khalid bin Walid untuk memusnahkan patung al 'Uzza di Nakhla. Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, al 'Uzza adalah patung dewi terbesar di daerah tersebut. Khalid bin Walid melaksanakan tugas itu dengan bergerak menuju ke Nakhla lalu menghancurkan patung al 'Uzza. Setelah itu, penyembahan patung pun berakhir.

6. Penyerahan Kota Taif

Kota Taif pernah mencatat sejarah ketika penduduknya mengusir Nabi Muhammad saw saat berdakwah di sana. Setelah beliau dan umat Islam berhasil membebaskan Makkah, kaum Bani Thaqif bersikeras tidak mau tunduk kepada Nabi Muhammad.

Nabi muhammad dan tentara Islam lalu maju ke Taif dan mengepungnya dalam waktu lama. Akhirnya kaum Bani Thaqif datang ke Makkah di bulan Ramadan tahun ke-9 H dengan menyerahkan kota Taif sebagai tanda menyerah.

7. Pembebasan Andalusia (Spanyol)

Andalus adalah nama Arab yang diberikan kepada wilayah-wilayah bagian semenanjung Liberia yang diperintah oleh orang Islam selama beberapa waktu mulai tahun 711 sampai 1492 M. Pada 28 Ramadan tahun ke-92 H, panglima Islam bernama Tariq bin Ziyad dikirim pemerintahan Bani Umayyah untuk menawan Andalus.

Tariq memimpin armada Islam menyeberangi laut yang memisahkan Afrika dan Eropa. Setelah pasukan Islam mendarat, Tariq membakar kapal-kapal tentara Islam agar mereka tidak berpikir untuk mundur. Akhirnya pasukan Tariq berhasil menguasai Andalus dan menyelamatkan rakyat Andalus yang dizalimi. Islam bertapak di Andalus selama delapan abad.

8. Peperangan Zallaqah di Portugal

Peristiwa ini terjadi setelah subuh hari Jumat, bulan Ramadan tahun 459 H. Ketika itu, terjadi kebangkitan dinasti Murabit di Afrika Utara. Gubernur Cordova, Al Muktamin meminta bantuan Sultan Dinasti Murabit, Yusuf bin Tasyifin untuk memerangi Alfonso VI.

Tentara yang dipimpin oleh Alfonso VI yang berjumlah 80.000 tentara berhasil dikalahkan. Dalam waktu yang singkat Sultan Yusuf berhasil menguasai seluruh Spanyol dan menyelamatkan umat Islam. Setelah itu, Dinasti Murabit di Spanyol berdiri sejak 1090 sampai 1147 M.

9. Tentara Islam Mengalahkan Tentara Mongol

Pada tahun 126 sampai 1405 M, kaum Mongol melebarkan penaklukannya hampir semua benua Asia. Menurut sejarah, kekaisaran penaklukan mereka seluas 33 juta kilometer persegi. Jenderal tentara Mongol dikenal sebagai Genghis Khan. Dalam misi penaklukan itu, mereka membunuh lebih sejuta rakyat negara yang dikalahkan. Penaklukan mereka menjangkau sampai ke Moscow dan Kiev.

Pada tahun 1258, tentara pimpinan jenderal Hulagu Khan menyerbu kota Baghdad yang menjadi kemegahan Dinasti Abbasiah. Dalam serangan itu, banyak umat Islam terbunuh dan banyak buku karangan sarjana Islam dibuang ke dalam Sungai Eufrat dan Dajlah sehingga airnya menjadi hitam karena tinta. Pada 15 Ramadan 658 H bersamaan 1260 M, tentara Islam bangkit membuat serangan balas. Tentara Islam dan para ulama pimpinan Sultan Qutuz dari dinasti Mamluk, Mesir menyerbu ke Palestina setelah Mongol menguasainya. Kedua pihak bertemu di Ain jalut. Terjadilah Perang Ain Jalut.

Dalam pertempuran itu, tentara Islam meraih kemenangan dan berhasil menawan Kitbuqa Noyen, penasihat Hulagu Khan yang menasihatinya untuk menyerang Baghdad. Kitbuqa akhirnya dieksekusi. Kemenangan itu adalah suatu yang luar biasa saat Mongol yang terkenal dengan kekerasan akhirnya kalah pada tentara Islam.

10. Peperangan Yakhliz

Pada 15 Ramadan 1294 H, tentara Islam dari Dinasti Ottoman yang dipimpin oleh Ahmad Mukhtar Basya dengan jumlah 34.000 anggota mengalahkan tentara Rusia yang berjumlah 740.000. Sebanyak 10.000 tentara Rusia tewas dalam pertempuran itu. Ia menjadi kebanggaan umat Islam mempertahankan agama yang diancam oleh pemerintah Tzar di Rusia.

11. Direbutnya Garis Bar Lev, Israel

Dalam sejarah modern, terjadi Perang Yom Kippur yang melibatkan tentara Islam (Mesir dan Syria) dengan tentara Israel pada 10 Ramadan 1390 H bertepatan dengan 6 0ktober sampai 22 atau 24 Oktober 1973 M. Perang Yom Kippur, juga dikenal sebagai perang Arab-Israel 1973, Perang Oktober, dan Perang Ramadan.

Ia adalah bagian dari konflik Arab-Israel sejak dari tahun 1948. Pada bulan Juni 1967, terjadi perang enam hari antara Israel dengan Mesir, Syria dan Yordania. Dalam pertempuran itu, Israel berhasil menduduki bukit Golan, Syria, di utara dan semenanjung Sinai, Mesir, di selatan hingga ke kanal Suez. Setelah itu, Israel membangun barisan pertahanan di Sinai dan bukit Golan. Pada tahun 1971, Israel mengalokasikan USD 500 juta untuk membangun benteng dan kerja tanah raksasa yang dinamai Garis Bar Lev, mengambil nama jenderal Israel, Haim Ber Lev.

Tentara Islam berhasil merebut benteng itu sekaligus mengalahkan Israel. Antara peristiwa menarik dalam perang ini adalah peran seorang sarjana Islam merangkap sebagai Imam Masjid kota Suez, Syeikh Hafiz Salamah yang memimpin peperanganSejarah

Sejarah Turunnya Al Quran

Di bulan suci Ramadhan, seperti biasa setiap malamnya saya melaksanakan shalat tarawih di mesjid Al-Ikhlas yang berada tidak jauh dari rumah. Malam itu, ustadz yang mengisi kultum di mesjid tersebut menceritakan tentang asal mula turunnya Al Quran. Posting berikut ini adalah sedikit resume yang saya buat setelah mendapatkan kultum dari Ustadz tersebut.
Al Quran diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al Quran terdiri dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan diturunkan setahap demi setahap selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.

Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad dengan tiga cara, yaitu pertama malaikat Jibril turun dalam wujud manusianya dan membacakan ayat-ayat Al Quran kepada nabi Muhammad, kemudian beliau mengikutinya. Kedua, adalah Al Quran turun tanpa perantara malaikat Jibril, sehingga tiba-tiba saja ayat-ayat Al Quran tersebut muncul dalam pikiran nabi Muhammad dan yang ketiga adalah Al Quran turun dengan didahului terdengarnya suara gemerincing lonceng yang sangat kuat. Cara terakhir adalah cara yang dirasa nabi Muhammad sangat berat saat menerima wahyu Allah SWT.

Al Quran yang telah diturunkan ini kemudian diajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabat nabi terlebih dahulu sebelum akhirnya disyiarkan secara terang-terangan kepada masyarakat luas. Pada awalnya Al Quran ini hanya dituliskan pada media seadanya saja seperti kulit unta, tulang binatang dan lain-lain, mengingat pada zaman itu belum ditemukan manfaat kertas sebagai media untuk menuliskan Al Quran.

Pada zaman nabi Muhammad, Al Quran tidak diperbolehkan untuk ditulis, melainkan hanya dihafalkan saja di luar kepala baik oleh nabi Muhammad maupun sahabat-sahabatnya. Sementara itu, untuk menjaga kemurnian Al Quran, setiap malam di bulan Ramadhan malaikat Jibril turun ke bumi dan membacakan ayat-ayat Al Quran tersebut dan nabi Muhammad mendengarkannya dengan seksama. Nabi Muhammad sendiri melarang penulisan Al Quran ini dalam media apapun dalam satu kesatuan.

Setelah nabi Muhammad meninggal dunia, tongkat kepemimpinan Islam diberikan kepada kalifah Abu Bakar As syidiq. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, orang-orang Islam yang tipis imannya mulai banyak yang meninggalkan Islam. Mereka meninggalkan semua perintah-perintah Allah seperti shalat, puasa dan zakat. Selain itu, bermunculan pula nabi-nabi palsu yaitu orang-orang yang mengaku sebagai penerus nabi Muhammad.

Bayangkan saja, ternyata sejak ratusan tahun yang lalu sudah banyak bermunculan nabi-nabi palsu ke dunia ini. Maka tentu bukan suatu hal yang mengherankan jika sampai posting ini ditulispun masih saja ada orang-orang yang mengaku dirinya adalah nabi. Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim ini saja ada banyak kasus kemunculan nabi palsu. Di antaranya Ahmad Mussadeq, Lia Eden dan lain-lain.

Kasus terbaru dan masih hangat adalah masalah aliran Ahmadiyah yang menganggap bahwa Ahmad Mirza adalah nabi penerus nabi Muhammad. Padahal Ahmad Mirza adalah nabi yang diangkat oleh ratu Inggris atas jasa-jasanya memimpin sebagian umat muslim Pakistan untuk berperang melawan muslim-muslim yang memberontak kepada kerajaan Inggris yang saat itu menjajah Pakistan. Ratu Inggris kemudian menyatakan bahwa Ahmad Mirza adalah “Nabi baru” umat Islam yang cinta perdamaian. <---- Tulisan yang dicetak miring adalah tambahan dari penulis sendiri dan bukan merupakan bagian dari kultum.

Kembali lagi ke zaman Kalifah Abu Bakar, dengan munculnya nabi-nabi palsu ini, maka Kalifah Abu Bakar kemudian memerintahkan para sahabat untuk memerangi nabi-nabi palsu dan umat Islam yang tipis imannya itu. Sayangnya, banyak sahabat nabi yang hafal Al Quran dalam rangka menegakkan agama Islam kemudian berguguran satu demi satu.

Melihat hal ini, kemudian Umar bin Khatab menyarankan kepada Kalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al Quran dan menuliskannya menjadi satu kitab saja. Awalnya, ide ini ditentang oleh Kalifah Abu Bakar, karena menurut beliau nabi Muhammad sendiri yang melarang penulisan ayat-ayat Al Quran tersebut, namun setelah melalui perdebatan panjang dan demi menegakkan agama Islam, akhirnya Kalifah Abu Bakar pun mengalah. Setelah itu, dibentuklah panitia pengumpulan dan penulisan Al Quran tersebut.

Ayat-ayat Al Quran itu kemudian dikumpulkan dan ditulis ulang oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Kalifah Umar bin Khatab, kitab Al Quran hanya berjumlah lima buah dan disimpan di lima tempat yang berbeda antara lain, Mekkah, Basrah, Madinah, dan disimpan oleh Kalifah Umar sendiri.

Pada era kepemimpinan Utsman bin Affan, beliau berhasil menaklukkan Syria yang terlebih dahulu sudah mengenal kertas sebagai media untuk menulis. “Teknologi baru“ ini kemudian dimanfaatkan untuk memperbanyak kitab Al Quran. Akibatnya, sekarang semua orang dapat membaca, mengkaji dan memperdalam Al Quran dimanapun dan kapanpun juga. Bahkan, pada zaman sekarang Al Quran diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan tentu saja tetap menuliskan ayat-ayat asli Al Quran yang masih berbahasa Arab, sehingga kemurnian Al Quran Insya Allah masih terjaga kemurniannya bahkan sampai sekarang sekalipun. Terjemahan yang ada dalam Al Quran ini semata-mata hanya untuk mempermudah umat Islam untuk mempelajari Al Quran.
 





Minggu, 14 Oktober 2012

Biodata

My Name, Nando Aldi
you can call me "Aldi"

You Can follow my Twitt : @nandoaldi
add my Facebook: nando.aldi@rocketmail.com

My Pin BB : 327e1692

 
Saya Suka bermain Game Online salah satunya
1.Point Blank
2.Lost Saga
                Thank You,